Kamis, 31 Maret 2011

LAPORAN PENDAHULUAN URETRITIS
1. Pengertian
Uretritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Namun demikian kedua kondisi tersebut dapat terjadi pada satu pasien.
Uretritis terbagi menjadi dua yaitu ;
1. uretritis akut, terjadi karena naiknya infeksi atau sebaliknya oleh karena prostat mengalami infeksi
2. uretritis kronik, infeksi ini disebabkan oleh pengobatan yang tidaksempurna pada masa akut, prostatitis kronik, atau striktura uretra.
2. Etiologi
Uretritis disebabkan oleh kuman gonore atau terjadi tanpa adanya bakteri. Sesuai dengan sebutan infeksi itu sendiri yaitu uretritis gonoreal dan nongonoreal.
1. Uretritis gonoreal, disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae. Dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi orifisium meatal terjadi disertai rasa terbakarketika urinasi, meskipun demikian penyakit ini dapat asimtomatik. Pada wanita, rabas uretra tidak selalu muncul dan penyalkit juga asimtomatik, oleh karena itu gonore pada wanita tidak didiagnosis/dilaporkan.
2. Uretritis nongonoreal, uretritis yang tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia trakomatik atau urea plasma urelytikum. Jika pasien pria adalah simtomatik akan mengeluh adanya disuria tingkat sedang atau parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit atau sedang.

3. Tanda dan Gejala
• Terdapat cairan eksudat yang purulent
• Mukosa merah udematus
• Ada ulserasi pada uretra, iritasi, vesikal iritasi, prostatitis
• Mikroskopis ; terlihat infiltrasi leukosit sel-sel plasma dan sel-sel limfosit
• Ada rasa gatal yang menggelitik, gejala khas pada uretritis G.O yaitu morning sickness
• Pada pria pembuluhdarah kapiler, kelenjar uretra tersumbat oleh pus
• Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita.

4. Patofisiologi
Uretra Gonorhoeal disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Pada pria inflamasi orifosium meatal terjadi disertai rasa terbakar ketika urinasi. Rabas uretral purulen muncul dalam 3-4 hari setelah kontak seksual. Pada wanita rabas uretral tidak selalu muncul dan penyakit bersifat asimtomatik. Pada pria melibatkan jaringan disekitar uretra menyebabkan periuretritis, prostitis, epididimis dan striktur uretra.
Uretra gonorhoeal tidak berhubungan dengan neisseria gonorrhoeae biasanya disebabkan oleh Klamidia trakomatik atau Ureaplasma urelytikum. Pada pria adalah asimtomatik, pasien akan disuria tingkat sedang-parah dan rabas uretral dengan jumlah sedikit-sedang.
5. Pemeriksaan penunjang
Pada kasus uretritis hal-hal yang perlu diperiksa untuk mendukung diagnosa adalah ;
1. pemeriksaan urine lengkap
2. pemeriksaan sekret uretra
3. test sensitivitas dan kultur untuk menentukan antibiotika yang akan dipakai.
6. Prognosa
Infeksi pada uretra atau uretritis bila pengobatannya tidak baik maka infeksi dapat menjalar kekandung kemih, ureter ataupun ginjal
7. Pengobatan
Pada uretritis dilakukan pengobatan dengan
1. Chemoterapi
2. Antibiotika
3. Anti inflamasi
( Karya : Siti Fatimah )



LAPORAN PENDAHULUAN CISTITIS
1. Pengertian
Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop. Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
2. Klasifikasi
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
b. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis.
3.. Etiologi
Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainanurologis atau kalkuli. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis, kalkuli atau obstruksi.
Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering disebabkan karena infeksi E.coli. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau karena infeksi dari usus.
a. Jalur infeksi
• Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyalkit ini lebih sering ditemukan pada wanita
• Infeksi ginjalyan sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
• Penyebaran infeksi secara lokal dari organ laindapat mengenai kandung kemih misalnya appendiksitis
• Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.
b. Faktor predisposisi
• Benda asing yang menyebabkan iritasi, misalnya kalkulus tumor dan faeces dari fistula usus
• Instrumentasi saat operasi menyebabkan trauma dan menimbulakn infeksi
• Retensi urine yang kronis memungkinkan berkembang biaknya bakteri
• Hubungan seksual
4.. Tanda dan Gejala
pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada cystitis adalah ;
• peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal
• disuria karena epitelium yang meradang tertekan
• rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal
• rasa ingin buang air kecil
• hematuria
• demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah
5. Patofisiologi
Cystitis merupakan infeksi saluran kemih bagian bawah yang secara umum disebabkan oleh bakteri gram negatif yaitu Escheriachia Coli peradangan timbul dengan penjalaran secara hematogen ataupun akibat obstruksi saluran kemih bagian bawah, baik akut maupun kronik dapat bilateral maupun unilateral.Kemudian bakteri tersebut berekolonisasi pada suatu tempat misalkan pada vagina atau genetalia eksterna menyebabkan organisme melekat dan berkolonisasi disuatu tempat di periutenial dan masuk ke kandung kemih.
6. Manifestasi Klinis
Uretro Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :
v Disuria (nyeri waktu berkemih) karena epitelium yang meradang tertekan
v Peningkatan frekuensi berkemih
v Perasaan ingin berkemih
v Piuria(Adanya sel-sel darah putih dalam urin)
v Nyeri punggung bawah atau suprapubic
v Demam yang disertai hematuria (danya darah dalam urine) pada kasus yang parah.
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria terdapat > 5 /lpb sedimen air kemih
2) Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih.
b. Bakteriologis
ü Mikroskopis ; satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102 – 103 organisme koliform/mL urin plus piuria Ê 2 )
ü Tes kimiawi; tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada uji carik.
c. Pemeriksaan USG abdomen
d. Pemeriksaan photo BNO dan BNO IVP
8. Pengobatan
a. Pemberian terapi single : trimekstropin-sulfametroxazole (bactrhim,septa)
b. Pemberian terapi 1-3 hari : Nitrofurantoin (Macrodantin, Furadantin), Chephalaxin (keflek), Ciprofloksasim (cibrloksin, noroksin), Ofdlksasin (floksin)
c. Pemberian anlgesik untuk mengurangi nyeri.
9. Komplikasi :
1) Pembentukan Abses ginjal atau perirenal
2) Gagal ginjal
3) Sepsis

( karya : Seli Selpiani )

Sabtu, 26 Maret 2011

Format Pengkajian Sistem Perkemihan

Menurut Wolf dan Weltzel, proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan, dan melaksanakan pelayanan keperawatan dalam membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan, dan dinamis. (Effendi, Nasrul. 1995 : 2)
Proses keperawatan tersebut dalam pelaksanaannya harus berkesinambungan, karena proses keperawatan ini meliputi beberapa tahap yaitu :
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1) Data Biografi
Perlu dikaji umur, jenis kelamin, dan pekerjaan
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien dengan CRF biasanya datang dengan keluhan nyeri pada pinggang, buang air kecil sedikit, bengkak/edema pada ekstremitas, perut kembung, sesak.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji riwayat pada perkemihan, riwayat penyakit ginjal sebelumnya, riwayat menggunakan obat-obatan nefrotoksik, kebiasaan diet, nutrisi, riwayat tidak dapat kencing, penggunaan hormon.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu dikaji riwayat kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit CRF seperti hipertensi, diabetes mellitus, sistemik lupus eritematosa, arthritis dan kanker.


3) Pola Aktivitas Sehari-hari
Pada klien CRF pola aktivitas sehari-hari meliputi pola makan sebelum sakit yang sering dikonsumsi oleh klien yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya CRF seperti makanan yang tinggi natrium, kalium, kalsium sedangkan pola makan selama sakit biasanya mengalami penurunan frekuensi dan porsi karena klien mengalami mual. Pada klien dengan CRF harus dikaji kebiasaan minum yang kurang dari kebutuhannya dan yang dapat memperberat penyakitnya seperti kopi, teh dan alkohol, selama sakit biasanya intake dibatasi sesuai output. Eliminasi BAK biasanya ditemukan BAK yang sedikit sampai ditemukan oliguri sedangkan BAB biasanya tidak ada perubahan kecuali pada klien dengan penurunan aktivitas. Sebelum sakit biasanya kebutuhan personal hygiene klien tidak ada perubahan sedangkan selama sakit personal hygiene klien menjadi terganggu karena adanya kelemahan.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pernafasan
Pada klien dengan CRF ditemukan adanya tachipnoe, pernafasan kusmaul, uremic, halitosis, edema paru dan efusi pleura.
b) Sistem Kardiovaskuler
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya hipertensi, gagal jantung kongestif, edema pulmoner, perikarditis.
c) Sistem Pencernaan
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya anoreksia, nausea, vomiting, cegukan, rasa metalik tak sedap pada mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi/tidak, nyeri ulu hati, distensi abdomen, konstipasi.
d) Sistem Genotiurinaria
Pada klien dengan CRF awal ditemukan adanya poliuri dan nokturi, selanjutnya berkembang menjado oliguri dan anuri, terdapat proteinuria, hematuria, perubahan warna urine (kuning pekat, merah, cokelat).
e) Sistem Muskuloskeletal
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan kelemahan otot, kejang otot, nyeri pada tulang dan fraktur patologis.
f) Sistem Integumen
Penurunan turgor kulit, hiperpigmentasi, pruritis, echimosis, pucat.
g) Sistem Persyarafan
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan letargi, insomnia, nyeri kepala, tremor, koma.
5) Data Psikososial
Klien dengan CRF biasanya ditemukan adanya rasa takut, marah, cemas, perasaan bersalah dan kesedihan. Respon emosional pada klien CRF mungkin disebabkan karena perubahan body image takut akan terjadinya disfungsi seksual dan ketakutan akan kematian.
6) Data Spiritual
Pada klien dengan CRF biasanya ditemukan ketidakmampuan beribadah seperti biasa.
7) Data Penunjang
a) Laboratorium
(1) Urine
(a) Volume biasanya oliguri dan anuri
(b) Warna urine keruh, sedimen kotor atau kecokelatan
(c) Berat jenis menurun
(d) Osmolalitas menurun
(e) Klirens kreatinin menurun
(f) Natrium meningkat
(g) Protein meningkat
(2) Darah
(a) Serum kreatinin meningkat
(b) Blood urea nitrogen meningkat
(c) Kadar kalium meningkat
(d) Hematokrit menurun
(e) Hemoglobin menurun
(f) Natrium, kalsium menurun
(g) Magnesium/posfat meningkat
(h) Protein (khususnya albumin menurun)
(i) pH menurun
b) Pyelogram Retrograd menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
c) Arteriogram mengidentifikasi adanya massa
d) Ultrasonoginjal menentukan ukuran ginjal, adanya massa, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
e) EKG mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa.
b. Analisa
Analisa data merupakan proses berfikir yang meliputi kegiatan pengelompokkan data dan menginterpretasikan kelompok data tersebut. Kemudian dibandingkan dengan standar normal sehingga dapat menentukan masalah. Dalam menganalisa data harus divalidasi kembali setelah itu dikelompokkan ke dalam data subjektif dan objektif, kemudian diidentifikasi pada masalah dan penyebab.
c. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang masalah klien dan penyebabnya. Selain itu harus spesifik berfokus pada kebutuhan klien dengan mengutamakan prioritas dan diagnosa yang muncul harus dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Gangguan Sistem Perkemihan : Gagal Ginjal Kronis ( CRF ) menurut Marilynn E. Doenges, Barbara Engram, dan Brunner and Suddart adalah sebagai berikut :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea)
7) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan aktivitas/mobilisasi
8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat

2. Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan suatu proses kegiatan merencanakan asuhan keperawatan untuk membantu memenuhi kebutuhan kesehatan klien dan mengatasi masalah keperawatan. Pada perencanaan mengandung unsur promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan melibatkan klien dan keluarga. Selain itu dalam merencanakan suatu tindakan harus berorientasi pada tujuan dan sesuai dengan etiologi. Sesuai dengan diagnosa yang dirumuskan diatas, maka dapat dirumuskan pula tujuan dan intervensi keperawatan, yaitu :
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium.
Tujuan : Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan badan yang lambat
- Mempertahankan pembatasan diet dan cairan
- Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema
- Menunjukkan tanda-tanda vita normal
- Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher
- Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi napas pendek
- Melakukan hygiene oral dengan sering
- Melaporkan penurunan rasa haus
- Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membran mukosa mulut

2) Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut.
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat

Hasil yang diharapkan :
- Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologis tinggi
- Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasan diet
- Mengkonsumsi makanan tinggi kalori dalam batasan diet
- Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia dan tidak menimbulkan rasa kenyang
- Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar kreatinin dan urea
- Mengkonsulkan daftar makanan yang dapat diterima
- Melaporkan peningkatan nafsu makan
- Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat badan yang cepat
- Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar albumin plasma dapat diterima

3) Kurang pengetahuan tentang kondisi dan penanganan.
Tujuan : Meningkatkan pengetahuan mengenai kondisi dan penanganan yang bersangkutan
Hasil yang diharapkan :
- Menyatakan hubungan antara penyebab ginjal dan konsekuensinya
- Menjelaskan pembatasan cairan dan diet sehubungan dengan kegagalan regulasi ginjal
- Menyatakan hubungan antara gagal ginjal dengan kebutuhan penanganan menggunakan kata-kata sendiri
- Menanyakan tentang pilihan terapi, yang merupakan petunjuk kesiapan belajar
- Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin
- Menggunakan informasi dan instruksi tertulis untuk mengklarifikasi pertanyaan dan mencari informasi tambahan
4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah dan prosedur dialisa.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi
Hasil yang diharapkan :
- Berpartisipasi dalam meningkatkan tingkat aktivitas dan latihan
- Melaporkan peningkatan rasa sejahtera
- Melakukan istirahat dan aktivitas secara bergantian
- Berpartisipasi dalam aktivitas perawatan mandiri yang dipilih

5) Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
Tujuan : Memperbaiki konsep diri
Hasil yang diharapkan :
- Mengidentifikasi pola koping terdahulu yang efektif dan pada saat ini tidak mungkin lagi digunakan akibat penyakit dan penanganan (pemakaian alkohol dan obat-obatan; penggunaan tenaga yang berlebihan)
- Pasien dan keluarga mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan dan reaksinya terhadap penyakit dan perubahan hidup yang diperlukan
- Mencari konseling profesional, jika perlu, untuk menghadapi perubahan akibat gagal ginjal
- Melaporkan kepuasan dengan metode ekspresi seksual

6) Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan mempengaruhi volume sirkulasi, kerja miokardial, dan tahanan vaskular sistemik; ketidakseimbangan elektrolit; akumulasi toksin (urea)
Tujuan : Mempertahankan curah jantung
Hasil yang diharapkan :
- Tekanan darah dan frekuensi jantung dalam batas normal
- Nadi perifer kuat dan sama dengan waktu pengisian kapiler

7) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi toksin dalam tubuh, edema/dehidrasi, penurunan aktivitas/mobilisasi
Hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan kulit utuh
- Menunjukkan perilaku/teknik untuk mencegah kerusakan /cedera kulit

8) Risiko tinggi terhadap ketidakpatuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan, sistem pendukung tidak adekuat
Hasil yang diharapkan :
- Mendemonstrasikan keinginan untuk mengikuti program terapeutik perawatan di rumah yang dianjurkan
- Mengungkapkan pemahaman tentang instruksi pulang, mendemonstrasikan kemampuan untuk merawat sisi akses vaskuler

3. Pelaksanaan
Implementasi atau pelaksanaan merupakan perwujudan dari rencana yang sudah dibuat sendiri dengan masing-masing diagnosa keperawatan, yang sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada. Perawat menerapkan keterampilan, sikap, dan pengetahuannya sesuai dengan ilmu pengetahuan. Pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan masalah yang muncul, dapat bersifat dependen maupun kolaboratif. Adapun pelaksanaan harus memperhatikan :
a. Sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan.
b. Sesuai dengan prioritas tindakan.
c. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah baik dan benar serta dengan menggunakan kata kerja.
d. Mencantumkan paraf/nama jelas dan waktu pelaksanaan tindakan.

4. Evaluasi
Tahap Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya. (Effendi, 1995 : 40)
Evaluasi dikategorikan sebagai formatif dan sumatif. Evaluasi formatif terjadi secara periodik selama pemberian perawatan; sedangkan evaluasi sumatif terjadi pada akhir aktivitas, seperti : di akhir penerimaan, pemulangan atau pemindahan ke tempat lain, atau di akhir kerangka waktu tertentu, seperti di akhir sesi penyuluhan.

Kamis, 24 Maret 2011



KELOMPOK KMB 3
Tingkat : 2D
1.Faisal Akbariansyah
2.Fitri Niagantini
3.Seli Selpiani
4.Siti Fatimah

ANATOMI SISTEM PERKEMIHAN

( Karya : Siti Fatimah )

FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
A.  Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
B.  Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari:
1) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
2) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih),
3) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
4) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
·         Ginjal (Ren)
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang besar.
a.Fungsi ginjal
1) memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
2) mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
3) mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
4) mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
b.Fascia Renalis terdiri dari:
Fascia renalis terdiri dari a) fascia (fascia renalis), b) Jaringan lemak peri renal, dan c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada permukaan luar ginjal

c.Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius.
Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin
1. Proses Filtrasi ,di glomerulus
terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal. cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cava inferior.
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor). Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal.
·         Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
·         Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.
Dinding kandung kemih terdiri dari:
1. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
2. Tunika muskularis (lapisan berotot).
3. Tunika submukosa.
4. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
·         Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari:
1. Urethra pars Prostatica
2. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
3. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf.
3. Lapisan mukosa.
Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.
Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2.
2. adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).

Ciri-Ciri Urin Normal
1. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk.
2. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3. Baunya tajam.
4. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
(Karya : Seli Selpiani)









PROSES PENGENTALAN DAN PENGENCERAN URIN
            1.Pengentalan Urin
Apabila permeabilizas terhadap air tinggi, maka sewaktu bergerak ke bawah melalui interstisium yang pekat, air akan berdifusi keluar duktus pengumpul dan kembali ke dalam kapiler peritubulus. Hasilnya adalah penurunan ekskresi air dan pemekatan urin. Sebaliknya apabila permeabilizas terhadap air rendah, maka air tidak akan berdifusi keluar duktus pengumpul melainkan akan diekskresikan melalui urin, urin akan encer.
Permeabilizas duktus pengumpul terhadap air ditentukan oleh kadar hormone hipofisis Posterior, hormon antidiuretik (ADH), yang terdapat di dalam darah. Pelepasan ADH dari hipofisis posterior meningkat sebagai respons terhadap penurunan tekanan darah atau peningkatan osmolalitas ekstrasel (penurunan konsentrasi air). ADH bekerja pada tubulus pengumpul untuk meningkatkan permeabilizas air. Apabila tekanan darah rendah, atau osmolalitas plasma tinggi, maka pengeluaran ADH akan terangsang dan air akan direasorbsi ke dalam kapiler peritubulus sehingga volume dan tekanan darah naik dan osmolalitas ekstrasel berkurang. Sebaliknya, apabila tekanan darah terlalu tinggi atau cairan ekstrasel terlalu encer, maka pengeluaran ADH akan dihambat dan akan lebih banyak air yang diekskresikan melalui urin sehingga volume dan tekanan darah menurun dan osmolalitas ekstrasel meningkat. (Corwin, 2000).
2.Pengenceran Urin
Ini diatur oleh sistem autoregulasi ginjal, yaitu melalui tubuloglomerular feedback pada jukstaglomerolus terutama pada makula densa di tubulus distal yang menimbulkan vasokonstriksi dan vasodilatasi kapiler afferen dan efferen, yang akan mempertahankan laju filtrasi tetap normal pada MAP antara 70 - 160 mmHg. Namun perubahan tekanan darah akan menyebabkan produksi urin yang meningkat walaupun laju filtrasi tetap normal, karena adanya mekanisme reabsorpsi dan sekresi dari tubulus ginjal.  


PROSES TERJADINYA POLIURI
Poliuri adalah volume urin yang berlebihan,biasanya di atas 3 L/hari. Meningkatnya volume urin bisa disertai gejala sering buang air kecil. , nokturia, haus, dan polidipsia. Keluhan utama poliuria harus ditindaklanjuti dengan hati-hati karena bisa disebabkan oleh penyakit serius.
Beberapa kelainan bisa menybabkan poliuri,yang paling sering adalah diabetes mellitus dimana kenaikan konsentrasi glukosa memiliki efek diuretik osmotik. Penyebabnya bisa dikelompokkan sebagai berikut :
  1. Intake cairan berlebihan,misalnya pada polidipsia primer. Keadaan ini sering berhubungan dengan gangguan psikologis yang menyebabkan pasien minum air secara kompulsif. Walaupun sangat jarang, adanya lesi hipotalamus struktural bisa menyebabkan polidipsia primer.
  2. Peningkatan muatan cairan tubular, misalnya ureum pada gagal ginjal kronis atau glukosa akibat hiperglikemia pada diabetes mellitus.
  3. Gradien konsentrasi medula yang terganggu akibat penyakit medula ginjal seperti nerokalsinosis, nefropati analgetik, nekrosis papiler ginjal atau penyakit kistik medula.
  4. Menurunnya produksi hormon antidiuretik (ADH) (diabetes insipidus) yang bisa terjadi setelah trauma kepalaatau tumor atau infeksi hipotalamus atau hipofisis. Keadaan-keadaan tersebut akan menginduksi  diabetes insipidus kranial.
  5. Keadaan di mana respon tubular terhadap ADH terganggu. Keadaan ini disebut “diabetes insipidus nefrogenik” dan diantaranya adalah hiperkalsemia,menurunnya kalium,toksisitas litium dan bentuk insensitivitas ADH turunan yang jarang ditemukan yang diturunkan secra resesif terpaut kromosom X
  6. Setelah sembuh dari obstruksi saluran kemih
( Karya : Fitri Niagantini )